Selasa, 02 Juni 2009

Emang bener ALLAH ada di mana-mana?

magJika kita bertanya kepada sebagian saudara kita tempat Allah berada, niscaya kita akan mendapati dua jawaban ngawur;
1. Allah ada di dalam diri kita
2. Allah berada di mana-mana atau di segala tempat!

Inilah dua keyakinan bathil yang telah mengakar pada pemahaman sebagian kaum muslimin. Dan keyakinan yang ngawur ini saat ini didakwahkan secara terang-terangan oleh kelompok tertentu. Bahkan ada salah satu stasiun televisi menayangkan si sebuah sinetron yang bertemakan bahwa Allah ada di mana-mana.

Jawaban yang pertama datang dari kaum wihdatul wujud, yang telah dikafirkan oleh para ulama kita yang dahulu dan yang sekarang. Sedangkan jawaban yang kedua datang dari kaum jahmiyyah dan mu’tazilah dan mereka yang sefaham dengan keduanya. Ibnul Qoyim menyatakan: “Pertempuran antara Ahli Hadits dan kelompok Jahmiyyah lebih dahsyat daripada pertempuran antara pasukan Islam dengan pasukan kafir”.

Perjuangan gigih para ulama Ahlus Sunnah Wal jama’ah dalam membela aqidah dari kegoncangan faham-faham hitam jahmiyyah sangatlah kuat, sehingga begitu banyak kitab yang bertemakan bantahan terhadap Jahmiyah seperti yang ditulis oleh Imam Ahmad, Utsman bin Said Ad Darimi, Ibnu Mandah, Ibnu Bathal, dan lain-lainnya.

Di mana Allah? Itulah pertanyaan Rasulullah saw kepada seorang budak perempuan kepunyaan Muawiyah As-Sulami ra sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya.

Budak perempuan itu menjawab: ‘Di atas langit.
Beliau bertanya lagi: ‘Siapakah Aku’
Jawab budak perempuan: ‘Engkau adalah Rasulullah’.

Beliau bersabda: ‘Merdekakan dia!, Karena sungguh ia seorang perempuan yang beriman.” (Hadits shahih)

Hadits yang mulia ini merupakan cemeti dan petir yang menyambar di kepala dan telinga ahlul bid’ah dari kaum jahmiyyah dan mu’tazilah dan yang sefaham dengan mereka dari kaum yang menyandarkan aqidah mereka kepada Imam Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ariyi’, yaitu mereka mempunyai I’tiqad: “ALLAH BERADA DISETIAP TEMPAT ATAU ALLAH BERADA DIMANA-MANA !?”.

Jawablah kepada mereka firman Allah swt: “Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”. (Al-Mu’minun: 91)

Telah berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah ra di kitabnya Aqidah Al-Wasithiyyah: “Dan termasuk bagian dari iman kepada Allah ?, yaitu beriman kepada apa yang Allah beritakan dalam kitab-Nya dan dengan apa yang diriwayatkan dari Rasul-Nya ? secara mutawatir serta telah disepakati oleh salafush sholih, bahwa Allah itu berada diatas langit diatas ‘Arsy-Nya”.

Berkata Imam Adz-Dzahabi Rahimahullah dikitabnya Al-‘Uluw setelah membawakan hadits diatas: “Demikianlah pendapat kami bahwa setiap orang yang ditanyakan, Dimanakah Allah ?. Dia segera menjawab dengan fitrahnya: ‘(Allah) di atas langit !’ Dan didalam hadits ini ada dua masalah, yang pertama: ‘Disyari’atkannya pertanyaan seorang muslim: ‘Dimanakah Allah ?’ Yang kedua: Jawaban orang yang ditanya: ‘(Allah) diatas langit !’ Maka barangsiapa yang mengingkari dua masalah diatas pada hakikatnya dia telah mengingkari Al Mustofa..” Al MUstofa adalah gelar Nabi saw.

Allah swt telah berfirman: “Ar-Rahman (Allah) di atas `Arsy Ia bers-istiwa”. (Thaha: 5)

Aqidah para salafush shalih yang mengikuti mereka seperti Imam yang empat: Abu Hanifah, malik, Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal dan ulama lainnya termasuk Imam Abul Hasan Al-Asy’ary sendiri, mereka semua beriman bahwa Allah swt “ISTIWA” diatas ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.

Berkata Imam Ibnu Khuzaimah Rahimahullah didalam kitab Tauhid nya (hal: 101): “Kami beriman dengan kabar dari Allah swt sesungguhnya pencipta kami (Allah) Ia istiwa diatas ‘Arsy’-Nya. Kami tidak akan mengganti / mengubah kalam (firman) Allah swt dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada kami sebagaimana kaum yang menghilangkan sifat-sifat Allah, kaum Jahmiyyah telah berkata: ‘Sesungguhnya Dia (Allah) istawla (menguasai) ‘Arsy’-Nya tidak Istawa !”. Maka mereka telah mengganti perkataan yang tidak pernah dikatakan (Allah) kepada mereka, seperti perbuatan Yahudi tatkala mereka diperintah mengucapkan: ‘Hithathatun (ampunkanlah dosa-dosa kami),’. Tetapi mereka mengucapkan: ‘Hintah (gandum)’. Mereka (kaum yahudi) telah menyalahi perintah Allah yang maha besar dan maha tinggi seperti itulah kaum Jahmiyyah.”

Yakni: Allah swt telah menetapkan dikitab-Nya yang mulia bahwa Ia Istiwa diatas ‘Arsy’-Nya sesuai dengan kebesaranNya, sedangkan ilmunya meliputi di setiap tempat dan tidak satupun tersembunyi dari pngetahuan-Nya. Kemudian datanglah kaum Jahmiyyah yang mengubah firman Allah swt Istawa (bersemayam) dengan Istawla (menguasai) dan mengatakan Dzat Allah berada dimana-mana dan disetiap tempat. Maha suci Allah dari apa yang disifatkan oleh kaum Jahmiyyah.

Adapun Aqidah salafush Shalih mereka telah beriman dengan menetapkan sesungguhnya Allah ? Istawa diatas ‘Arsy’-Nya dengan tanpa:
1. Tahrif, yakni: merubah lafadz dan artinya.
2. Ta’wil, yakni: Memalingkan dari arti yang dzahir kapada arti yang lain.
3. Ta’thil, yakni: Menghilangkan sifat-sifat Allah baik sebagian ataupun keseluruhan.
4. Tashbih, yakni: Menyerupakan Allah dengan makhluknya.
5. Takyif, yakni: Bertanya tentang kaifiyahnya dengan pertanyaan: Bagaimana caranya ?.

Alangkah bagusnya jawaban Imam Malik Rahimahullah ketika beliau ditanya: “Bagaimana caranya Allah Istiwa (bersemayam) di atas ‘Arsy ?”.

Beliau menjawab: “Istiwa itu bukanlah sesuatu yang asing, tetapi bagaimana Allah beristiwa tidaklah dapat dimengerti. Mengimani tentang Istiwa Allah adalah wajib, akan tetapi mempertanyakan cara Allah beristiwa adalah Bid’ah”. (Fatawa Hamawiyyah Kubra, hal: 45-46).

Demikianlah sikap para pendahulu yang shalih dan para ‘ulama Ahlus Sunnah wal jama’ah. Mereka semua berbicara tentang Allah swt hanya berdasar dalil-dalil yang shahih, dan mengimani apa adanya dari dalil tersebut tanpa tahrif, Ta’wil, Ta’thil, Tashbih, dan Takyif. Maka sudah selayaknya kita mengikuti jejak mereka. Karena tidak ada yang mengetahui tentang Allah swt kecuali Allah swt sendiri yang telah Dia Khabarkan melalui Kitab-Nya dan Hadits Rasul-Nya saw.

Terima kasih atas sumbangan file dari Mas Heru Yulias Wibowo – Redaktur Buletin Da’wah An Nashihah Cikarang Baru, – Bekasi.

Source: http://masbadar.wordpress.com/2009/05/28/memang-benarkah-allah-ada-di-mana-mana/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar